TUGAS
MATA KULIAH ILMU TILIK TERNAK
LEMBAR TUGAS KARYAWA WISATA
Kunjungan Ke Pasar
Hewan Ternak (sapi, domba, dan kambing)
Di BAYUWANGI GLAMOR
Tanggal, 11 januari 2013
Erfan Kustiawan, S.Pt.MP
Mulyono (C31120689)
Dosen pembimbing
Mahasiswa
Program Studi : Produksi Ternak
DINAS PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN
POLITEKNIK
NEGERI JEMBER
TAHUN
AJARAN 2012 – 2013
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Ternak potong merupakan
salah satu penghasil daging yang memiliki nilai gizi serta nilai ekonomi yang
tinggi. Sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk, kebutuhan akan konsumsi
daging di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Peluang usaha
beternak sapi potong sangat menjanjikan karena dengan melihat meningkatnnya
permintaan bahan makanan yang berasal dari hewan sebagai sumber protein hewani khususnya
daging.
Pertumbuhan
ternak potong meliputi pertumbuhan pre natal dan post
natal. Pertumbuhan pre natal adalah pertumbuhan yang
terjadi atau berlangsung di dalam kandungan induk dan pertumbuhan post
natal adalah pertumbuhan yang terjadi atau berlangsung mulai ternak
dilahirkan sampai mati.
Usaha ternak sapi potong
dapat dikatakan berhasil bila telah memberikan kontribusi pendapatan dan dapat
memenuhi kebutuhan hidup peternak sehari-hari, Agar usaha ternak sapi potong
menghasilkan sapi berkualitas, peternak harus meningkatkan keterampilan dan
pengetahuan mereka dalam beternak sapi potong, antara lain memilih
bibit/bakalan yang baik, sistem pemeliharaan, pemberian pakan yang baik, dan
pengawasan terhadap kesehatan ternak. Hal inilah yang melatar belakangi
diadakannya praktek lapang produksi ternak potong mengenai Tatalaksana
Pemeliharaan Sapi Potong.
1.2 RumusanMasalah
1. bagaimana kegiatan yang dilakukan juru taksir
atau blantik dalam menilai ternak dan menentukan di dalam pasar hewan ?
2.
apakah cara yang harus di lakukan untuk menentukan juara dalam kontes atau
pameran ternak?
1.3 Tujuan
1.
Memahami aspek-aspek yang di gunakan dalam menilai ternak di pasar hewan atau kontes
ternak.
2.
Memahami dalam menentukan harga jual ternak di pasar hewan.
3. Memahami dalam menentukan juara dalam
kontes atau pameran ternak.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
Aplikasi
dari penguasaan judging atau penilaian terhadap ternak sapi, domba, dan kambing
di lapang digunakan sebagai dasar penentuan harga jual di pasar dan juara pada
suatu kontes atau pameran ternak.Titik temu harga jual ternak antara peternak
(produsen) dengan pembeli (“jagal”) di temtikan oleh juru taksir atau blantik
di pasar hewan. Blantik di pasar menetukan harga ternak berdasarkan pengamatan
secara visual dan perabaan pada bagian tubuh ternak sehingga dapat
memperkirakan hasil karkasnya. Perkiraan hasil karkas ini dapat ditaksir hasil
dagingnya. Penentuan harga jual dari blantik ke jagal atau pemotong didasarkan
atas perkiraan hasil karkas atau dagingnya dikalikan harga daging saat ini. Di
antara juru taksir tingkatan ketetapan memperkirakan hasil karkas tidak selalu
sama, tergantung dari pengalamannya. Namun pada umumnya hasil taksiran berupa
berat karkas dari berat hidupnya mereka selalu di atas berat real karkas di
rumah potong hewan.
Pada saat kegiatan kontes dan
pameran ternak pada umumnya bertujuan untuk mendapatkan ternak yang terbaik
melalui tahapan penilaian. Ternak yang mendapatkan nilai tertinggih berhak
menyandang predikat terbaik sesuai dengan klas, tipe dan jenis ternak dalam
bentuk sertifikat. Dalam kegiatan penilaian dilakukan menggunakan standar nilai
yang baku dan di lakukan oleh suatu tim
peneliti. Semua ternak yang ikut serta dalam kontes di pameran secara bersamaan
pada suatu areal.
BAB III
PEMBAHASAN
2.1 Hasil Kunjungan kepasar hewan
1.Hasil
wawancara dan pengamatan dengan juru taksir di pasar hewan :
Ø Juru taksir / blantik 1
:
a. Nama
: p.sunoto
b. Umur
: 53 tahun
c. Pengalaman kerja : 15 tahun
d. Kapasitas
: 5 ekor
e. Jenis
ternak : Sapi Peranakan Limusin
f. Transaksi
hari ini : 4 ekor
g. Bagian
tubuh yang di gunakan sebagai standaar penilaian : Paha dan Punggung
h. Prosedur
penilaian dan penentuan harga ternak : dengan melihat kondisi kegemukan
Ø Juru taksir / blantik 2
:
a. Nama
: Sutrisno
b. Umur
: 59 tahun
c. Pengalaman kerja : 10 tahun
d. Kapasitas
: 3 ekor
e. Jenis
ternak : Sapi Peranakan Simmental
f. Transaksi
hari ini : belum ada
g. Bagian
tubuh yang di gunakan sebagai standaar penilaian : Paha, kulit dan Punggung
h. Prosedur
penilaian dan penentuan harga ternak : dengan melihat kondisi kegemukan
Ø Juru taksir / blantik 3
:
a. Nama
: Suratman
b. Umur
: 54 tahun
c. Pengalaman kerja : 12 tahun
d. Kapasitas
:5 ekor
e. Jenis
ternak : Sapi Peranakan Ongole
f. Transaksi
hari ini : 2 ekor
g. Bagian
tubuh yang di gunakan sebagai standaar penilaian : Paha, kulit dan Punggung
h. Prosedur
penilaian dan penentuan harga ternak : dengan melihat kondisi kegemukan
Ø Juru taksir / blantik 4
:
a. Nama
: Rasidi
b. Umur
: 40 tahun
c. Pengalaman
: 7 tahun
d. Kapasitas
: 5 ekor
e. Jenis
ternak : Domba DEG
f. Transaksi
hari ini : belum ada
g. Bagian
tubuh yang di gunakan sebagai standaar penilaian : Paha, Kepala dan Punggung
h. Prosedur
penilaian dan penentuan harga ternak : dengan melihat kondisi kegemukan
Ø Juru taksir / blantik 5
:
a. Nama
: Sutrisno
b. Umur
: 56 tahun
c. Pengalaman
: 10 tahun
d. Kapasitas
: 7 ekor
e. Jenis
ternak : Kambing PE
f. Transaksi
hari ini : belum ada
g. Bagian
tubuh yang di gunakan sebagai standaar penilaian : Paha, Kepala dan Punggung
h. Prosedur
penilaian dan penentuan harga ternak : dengan melihat kondisi kegemukan
2.
Hasil kegiatan bersama dengan juru taksur atau blantik
Jenis
ternak
|
Bangsa
ternak
|
Perkiraan
Berat Hidup
|
Perkiraan
Berat karkas
|
Perkiraan
Berat Daging
|
Harga
beli kepeternak / penjual
|
Harga
jual kejagal / pembeli
|
Sapi
|
Peranakan Limusin
|
500 kg
|
400 kg
|
180 kg
|
16,5 juta
|
17 juta
|
Sapi
|
Peranakan Simmental
|
380 kg
|
280 kg
|
170 kg
|
16 juta
|
16,5 juta
|
Sapi
|
PeranakanOngole
|
400 kg
|
300 kg
|
125 kg
|
9,5 juta
|
10 juta
|
Domba
|
DEG
|
65 kg
|
20 kg
|
13 kg
|
1,2 juta
|
1,8 juta
|
Kambing
|
PeranakanEttawa
|
60 kg
|
50 kg
|
35 kg
|
1,7 juta
|
2,5 juta
|
2.2
Pembahasan
Pada
keterangan masing - masing juru taksir atau blantik di pasar hewan banyak
terjadi kontrasepsi dalam masalah menentukan berat badan. Mereka menggunakan
kondisi badan dan kegemukan seekor ternak untuk menentukannya. Sedangkan dalam
teori pembelajaran mata kuliah ilmu tilik ternak unsur penilaian,
·
Tubuh
a.
Sesuai dengan bangsa dan tipe produksinya.
b.
Menunjukkan kemampuan poduksi.
·
Bagaian
tubuh ternak potong
a.Kepala : panjang, lebar, dan banyak daging
b.Mata : besar dan bersinar
c.Leher
: pendek, tebal dengan lipatan kulit
halus.
d.Punggung :lurus dan lebar mulai dari gumba, punggung kepinggang harus mendatar.
e. Pinggang : panjang dan lebar
f.Kaki
:kuat, letak kedua kaki belakang kokoh dan luas.
g.Dada :lebar, tulang rusuk panjang dan luas.
h.Perut : besar
Pendugaan berat badan sapi sangat penting untuk
mengetahui harga penjualan sapi, sebab berat badan sapi berpengaruh menentukan
terhadap jumlah karkas (daging hasil pemotongan). Oleh karena itu di perlukan
keahlian khusus dalam pendugaan berat badan sapi yang akan di beli/di potong.
Ada beberapa rumus yang d kemukakan oleh beberapa ahli dalam menduga berat
badan sapi. Dalam menduga berat badan sapi para ahli sering menggunakan acuan
pada panjang badan dan lebar dada serta konstanta
tertentu.
Dalam
menentukan berat badan kita perlu mengukur panjang badan dan lebar dada,
kemudian kita tentukan dengaan memasukkannya kedalam rumus yang telah di
pelajari misal rumus milik Ezei Catri ( BB= (3,59 X LD)- 287,38).
Dalam menentukan berat karkas hal yang perlu
di lihat adalah asal-usul bangsa. Masing-masing bangsa memiliki presentase
karkas berbeda.
1.
Hasil
penilaian sapi
No
|
BangsaSapi
|
Skor
Urat Daging (A-E)
|
Skor
Kegemukan
(1-5)
|
Kriteria
Kegemukan
|
1
|
Peranakan Limusin A
|
B
|
4
|
Gemuk
|
2
|
Peranakan Limusin B
|
D
|
3
|
Sedang
|
3
|
Peranakan Limusin C
|
C
|
4
|
Gemuk
|
4
|
Peranakan Limusin D
|
C
|
3
|
Sedang
|
5
|
Peranakan Limusin E
|
B
|
5
|
Sangat Gemuk
|
Ø . Prosedur penilaian
Prosedur penilaian yang
di gunakan dalam penilaian sapi adalah sebagai berikut
a. Skor
urat daging : dalam penilaiannya kita menentukan
skor urat daging dengan mengklasifikasi menjadi 5 macam yaitu :
1. Nilai
A : Perdagingan Sangat Berat
2. Nilai
B : Perdagingan Berat
3. Nilai
C : Perdagingan Sedang
4. Nilai
D : Perdagingan Cukup
5. Nilai
E : Perdagingan Ringan
b. Skor
Kegemukan : dalam penilaiannya katagori kegemukan
di bedakan sebagai berikut:
1. Nilai
1 : sangat kurus
2. Nilai
2 : kurus
3. Nilai
3 : sedang
4. Nilai
4 : gemuk
5. Nilai
5 : sangat gemuk
Ø . Prosedur penetapan juara
Setelah
melakukan penilaian telah di dapatkan pemenang memulai sebagai berikut :
1. PeranakanLimusin E
(juara)
2. PeranakanLimusin
A
3. PeranakanLimusin
D
4. PeranakanLimusin
C
5. PeranakanLimusin
B
Sehingga dalam penilaian
5 ekor sapi ,sapi limusin E merupakan sapi yang memperoleh penilaian dengan
skor tertinggi dan merupakan juaranya.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan penilaian tiap-tiap blantik atau juru
taksir pada kunjungan lapang di pasar hewan terhadap pengamatan sapi jenis
limousine, simental, ongole, domba DEG, dan kambing PE dapat disimpulkan
prosedur penilaian terhadap 5 sample
hewan ternak di atas hamper sama, yakni;
a. Bagian
tubuh yang sesuai standar penilaian yakni pemilihan dari bagian paha, kulit, dan punggung.
b. Prosedur
penilaian dilakukan dengan melihat kondisi kegemukan.
Akan
tetapi penilain yang dilakukan oleh para blantik timbul sedikit perbedaan dari teori yang kami
dapatkan dalam mata kuliah ilmu tilik ternak, yakni menyebutkan bahwasannya
penilaian terhadap hewan ternak tidak hanya dari kondisi badan dan kegemukan,
melainkan perlu di perhatikan dari bagian tubuh meliputi kepala, mata, leher,
pinggang, dada, dan perut.
TUGAS
MATA KULIAH ILMU TILIK TERNAK
LEMBAR TUGAS KARYAWA WISATA
Kunjungan Ke Pasar
Hewan Ternak (sapi, domba, dan kambing)
Di BAYUWANGI GLAMOR
Tanggal, 11 januari 2013
Erfan Kustiawan, S.Pt.MP
Mulyono (C31120689)
Dosen pembimbing
Mahasiswa
Program Studi : Produksi Ternak
DINAS PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN
POLITEKNIK
NEGERI JEMBER
TAHUN
AJARAN 2012 – 2013
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Ternak potong merupakan
salah satu penghasil daging yang memiliki nilai gizi serta nilai ekonomi yang
tinggi. Sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk, kebutuhan akan konsumsi
daging di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Peluang usaha
beternak sapi potong sangat menjanjikan karena dengan melihat meningkatnnya
permintaan bahan makanan yang berasal dari hewan sebagai sumber protein hewani khususnya
daging.
Pertumbuhan
ternak potong meliputi pertumbuhan pre natal dan post
natal. Pertumbuhan pre natal adalah pertumbuhan yang
terjadi atau berlangsung di dalam kandungan induk dan pertumbuhan post
natal adalah pertumbuhan yang terjadi atau berlangsung mulai ternak
dilahirkan sampai mati.
Usaha ternak sapi potong
dapat dikatakan berhasil bila telah memberikan kontribusi pendapatan dan dapat
memenuhi kebutuhan hidup peternak sehari-hari, Agar usaha ternak sapi potong
menghasilkan sapi berkualitas, peternak harus meningkatkan keterampilan dan
pengetahuan mereka dalam beternak sapi potong, antara lain memilih
bibit/bakalan yang baik, sistem pemeliharaan, pemberian pakan yang baik, dan
pengawasan terhadap kesehatan ternak. Hal inilah yang melatar belakangi
diadakannya praktek lapang produksi ternak potong mengenai Tatalaksana
Pemeliharaan Sapi Potong.
1.2 RumusanMasalah
1. bagaimana kegiatan yang dilakukan juru taksir
atau blantik dalam menilai ternak dan menentukan di dalam pasar hewan ?
2.
apakah cara yang harus di lakukan untuk menentukan juara dalam kontes atau
pameran ternak?
1.3 Tujuan
1.
Memahami aspek-aspek yang di gunakan dalam menilai ternak di pasar hewan atau kontes
ternak.
2.
Memahami dalam menentukan harga jual ternak di pasar hewan.
3. Memahami dalam menentukan juara dalam
kontes atau pameran ternak.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
Aplikasi
dari penguasaan judging atau penilaian terhadap ternak sapi, domba, dan kambing
di lapang digunakan sebagai dasar penentuan harga jual di pasar dan juara pada
suatu kontes atau pameran ternak.Titik temu harga jual ternak antara peternak
(produsen) dengan pembeli (“jagal”) di temtikan oleh juru taksir atau blantik
di pasar hewan. Blantik di pasar menetukan harga ternak berdasarkan pengamatan
secara visual dan perabaan pada bagian tubuh ternak sehingga dapat
memperkirakan hasil karkasnya. Perkiraan hasil karkas ini dapat ditaksir hasil
dagingnya. Penentuan harga jual dari blantik ke jagal atau pemotong didasarkan
atas perkiraan hasil karkas atau dagingnya dikalikan harga daging saat ini. Di
antara juru taksir tingkatan ketetapan memperkirakan hasil karkas tidak selalu
sama, tergantung dari pengalamannya. Namun pada umumnya hasil taksiran berupa
berat karkas dari berat hidupnya mereka selalu di atas berat real karkas di
rumah potong hewan.
Pada saat kegiatan kontes dan
pameran ternak pada umumnya bertujuan untuk mendapatkan ternak yang terbaik
melalui tahapan penilaian. Ternak yang mendapatkan nilai tertinggih berhak
menyandang predikat terbaik sesuai dengan klas, tipe dan jenis ternak dalam
bentuk sertifikat. Dalam kegiatan penilaian dilakukan menggunakan standar nilai
yang baku dan di lakukan oleh suatu tim
peneliti. Semua ternak yang ikut serta dalam kontes di pameran secara bersamaan
pada suatu areal.
BAB III
PEMBAHASAN
2.1 Hasil Kunjungan kepasar hewan
1.Hasil
wawancara dan pengamatan dengan juru taksir di pasar hewan :
Ø Juru taksir / blantik 1
:
a. Nama
: p.sunoto
b. Umur
: 53 tahun
c. Pengalaman kerja : 15 tahun
d. Kapasitas
: 5 ekor
e. Jenis
ternak : Sapi Peranakan Limusin
f. Transaksi
hari ini : 4 ekor
g. Bagian
tubuh yang di gunakan sebagai standaar penilaian : Paha dan Punggung
h. Prosedur
penilaian dan penentuan harga ternak : dengan melihat kondisi kegemukan
Ø Juru taksir / blantik 2
:
a. Nama
: Sutrisno
b. Umur
: 59 tahun
c. Pengalaman kerja : 10 tahun
d. Kapasitas
: 3 ekor
e. Jenis
ternak : Sapi Peranakan Simmental
f. Transaksi
hari ini : belum ada
g. Bagian
tubuh yang di gunakan sebagai standaar penilaian : Paha, kulit dan Punggung
h. Prosedur
penilaian dan penentuan harga ternak : dengan melihat kondisi kegemukan
Ø Juru taksir / blantik 3
:
a. Nama
: Suratman
b. Umur
: 54 tahun
c. Pengalaman kerja : 12 tahun
d. Kapasitas
:5 ekor
e. Jenis
ternak : Sapi Peranakan Ongole
f. Transaksi
hari ini : 2 ekor
g. Bagian
tubuh yang di gunakan sebagai standaar penilaian : Paha, kulit dan Punggung
h. Prosedur
penilaian dan penentuan harga ternak : dengan melihat kondisi kegemukan
Ø Juru taksir / blantik 4
:
a. Nama
: Rasidi
b. Umur
: 40 tahun
c. Pengalaman
: 7 tahun
d. Kapasitas
: 5 ekor
e. Jenis
ternak : Domba DEG
f. Transaksi
hari ini : belum ada
g. Bagian
tubuh yang di gunakan sebagai standaar penilaian : Paha, Kepala dan Punggung
h. Prosedur
penilaian dan penentuan harga ternak : dengan melihat kondisi kegemukan
Ø Juru taksir / blantik 5
:
a. Nama
: Sutrisno
b. Umur
: 56 tahun
c. Pengalaman
: 10 tahun
d. Kapasitas
: 7 ekor
e. Jenis
ternak : Kambing PE
f. Transaksi
hari ini : belum ada
g. Bagian
tubuh yang di gunakan sebagai standaar penilaian : Paha, Kepala dan Punggung
h. Prosedur
penilaian dan penentuan harga ternak : dengan melihat kondisi kegemukan
2.
Hasil kegiatan bersama dengan juru taksur atau blantik
Jenis
ternak
|
Bangsa
ternak
|
Perkiraan
Berat Hidup
|
Perkiraan
Berat karkas
|
Perkiraan
Berat Daging
|
Harga
beli kepeternak / penjual
|
Harga
jual kejagal / pembeli
|
Sapi
|
Peranakan Limusin
|
500 kg
|
400 kg
|
180 kg
|
16,5 juta
|
17 juta
|
Sapi
|
Peranakan Simmental
|
380 kg
|
280 kg
|
170 kg
|
16 juta
|
16,5 juta
|
Sapi
|
PeranakanOngole
|
400 kg
|
300 kg
|
125 kg
|
9,5 juta
|
10 juta
|
Domba
|
DEG
|
65 kg
|
20 kg
|
13 kg
|
1,2 juta
|
1,8 juta
|
Kambing
|
PeranakanEttawa
|
60 kg
|
50 kg
|
35 kg
|
1,7 juta
|
2,5 juta
|
2.2
Pembahasan
Pada
keterangan masing - masing juru taksir atau blantik di pasar hewan banyak
terjadi kontrasepsi dalam masalah menentukan berat badan. Mereka menggunakan
kondisi badan dan kegemukan seekor ternak untuk menentukannya. Sedangkan dalam
teori pembelajaran mata kuliah ilmu tilik ternak unsur penilaian,
·
Tubuh
a.
Sesuai dengan bangsa dan tipe produksinya.
b.
Menunjukkan kemampuan poduksi.
·
Bagaian
tubuh ternak potong
a.Kepala : panjang, lebar, dan banyak daging
b.Mata : besar dan bersinar
c.Leher
: pendek, tebal dengan lipatan kulit
halus.
d.Punggung :lurus dan lebar mulai dari gumba, punggung kepinggang harus mendatar.
e. Pinggang : panjang dan lebar
f.Kaki
:kuat, letak kedua kaki belakang kokoh dan luas.
g.Dada :lebar, tulang rusuk panjang dan luas.
h.Perut : besar
Pendugaan berat badan sapi sangat penting untuk
mengetahui harga penjualan sapi, sebab berat badan sapi berpengaruh menentukan
terhadap jumlah karkas (daging hasil pemotongan). Oleh karena itu di perlukan
keahlian khusus dalam pendugaan berat badan sapi yang akan di beli/di potong.
Ada beberapa rumus yang d kemukakan oleh beberapa ahli dalam menduga berat
badan sapi. Dalam menduga berat badan sapi para ahli sering menggunakan acuan
pada panjang badan dan lebar dada serta konstanta
tertentu.
Dalam
menentukan berat badan kita perlu mengukur panjang badan dan lebar dada,
kemudian kita tentukan dengaan memasukkannya kedalam rumus yang telah di
pelajari misal rumus milik Ezei Catri ( BB= (3,59 X LD)- 287,38).
Dalam menentukan berat karkas hal yang perlu
di lihat adalah asal-usul bangsa. Masing-masing bangsa memiliki presentase
karkas berbeda.
1.
Hasil
penilaian sapi
No
|
BangsaSapi
|
Skor
Urat Daging (A-E)
|
Skor
Kegemukan
(1-5)
|
Kriteria
Kegemukan
|
1
|
Peranakan Limusin A
|
B
|
4
|
Gemuk
|
2
|
Peranakan Limusin B
|
D
|
3
|
Sedang
|
3
|
Peranakan Limusin C
|
C
|
4
|
Gemuk
|
4
|
Peranakan Limusin D
|
C
|
3
|
Sedang
|
5
|
Peranakan Limusin E
|
B
|
5
|
Sangat Gemuk
|
Ø . Prosedur penilaian
Prosedur penilaian yang
di gunakan dalam penilaian sapi adalah sebagai berikut
a. Skor
urat daging : dalam penilaiannya kita menentukan
skor urat daging dengan mengklasifikasi menjadi 5 macam yaitu :
1. Nilai
A : Perdagingan Sangat Berat
2. Nilai
B : Perdagingan Berat
3. Nilai
C : Perdagingan Sedang
4. Nilai
D : Perdagingan Cukup
5. Nilai
E : Perdagingan Ringan
b. Skor
Kegemukan : dalam penilaiannya katagori kegemukan
di bedakan sebagai berikut:
1. Nilai
1 : sangat kurus
2. Nilai
2 : kurus
3. Nilai
3 : sedang
4. Nilai
4 : gemuk
5. Nilai
5 : sangat gemuk
Ø . Prosedur penetapan juara
Setelah
melakukan penilaian telah di dapatkan pemenang memulai sebagai berikut :
1. PeranakanLimusin E
(juara)
2. PeranakanLimusin
A
3. PeranakanLimusin
D
4. PeranakanLimusin
C
5. PeranakanLimusin
B
Sehingga dalam penilaian
5 ekor sapi ,sapi limusin E merupakan sapi yang memperoleh penilaian dengan
skor tertinggi dan merupakan juaranya.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan penilaian tiap-tiap blantik atau juru
taksir pada kunjungan lapang di pasar hewan terhadap pengamatan sapi jenis
limousine, simental, ongole, domba DEG, dan kambing PE dapat disimpulkan
prosedur penilaian terhadap 5 sample
hewan ternak di atas hamper sama, yakni;
a. Bagian
tubuh yang sesuai standar penilaian yakni pemilihan dari bagian paha, kulit, dan punggung.
b. Prosedur
penilaian dilakukan dengan melihat kondisi kegemukan.
Akan
tetapi penilain yang dilakukan oleh para blantik timbul sedikit perbedaan dari teori yang kami
dapatkan dalam mata kuliah ilmu tilik ternak, yakni menyebutkan bahwasannya
penilaian terhadap hewan ternak tidak hanya dari kondisi badan dan kegemukan,
melainkan perlu di perhatikan dari bagian tubuh meliputi kepala, mata, leher,
pinggang, dada, dan perut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar